Setelah obrolan ku dengan orang itu selesai, dan cappucino
ku pun sudah habis, aku memutuskan untuk pulang. Orang itu kutinggalkan dengan
wajahnya yang teduh. Rasanya tidak ingin meninggalkan wajah itu. Orang itu,
orang yang selalu menganggap bahwa dirinya tidak pernah mengerti tentang aku,
namun sebenarnya dialah yang paling memahamiku. Dialah Zayn Malik, yang
sebenarnya bernama Zein Malik namun menganggap bahwa nama ‘Zayn’ lebih keren
daripada ‘Zein’. Haha.. kalau mengingat alassannya itu membuat segala masalahku
terlupakan sejenak..
Rumah, sebenarnya aku malas pulang. Sendirian, sunyi. Hanya
aku dan kucingku Fleur. Mama.. Papa.. Jonathan.. kuharap kalian senang
disana.........
Namaku Alyssa Bernal.. hidupku menyenangkan, namun berubah
setelah apa yang keluargaku alami. Aku kini mungkin dikenal dengan Alyssa si
Penyendiri. Ya, sangat berbeda dengan Alyssa yang dulu. Seandainya saat itu aku
tidak menyuruh mereka untuk cepat-cepat pulang.. mungkin kini aku masih bisa
mendengar suara mereka dan menyentuh kulit lembut mereka. Namun itu semua hanya
sekedar seandainya........
************************
Kubuka mataku perlahan.. terasa berat! Kulihat wajahku di
cermin, dan kusadari bahwa semalam aku menangis lagi.. terlihat dari mataku
yang kembali membengkak setelah ku kompres. Ah percuma saja ku kompress kalau
akhirnya begini juga!, celotehku dalam hati. Seperti biasa, rutinitas anak
berumur 15 tahun seperti ku, yaitu sekolah
! Benar..aku yang masih sedih inipun sudah wjib sekolah setelah 3 hari aku
tidak masuk dengan alasan *pasti kalian mengerti*. aku memandangi foto-foto
keluargaku yang terpampang di seluruh ruang tamu. Yang saat ini paling
kurindukan adalah Jonathan.. nathan.. adik laki-lakiku itu kini telah pergi.
Dia yang biasanya meneriakiku untuk bangun, kini bahkan tak terdengar lagi
suaranya. Anak tampan itu meninggal di usianya yang baru 14 tahun, beda setahun
denganku. Aku merindukannya! Sangat! Nathan........kenapa kau pergi begitu
cepat? Bisakah kau kembali?, aku melempari diriku dengan pertanyaan yang bahkan
aku tidak bisa menjawabnya. Bodoh! Hiduplah Lyss!, makiku pada diriku sendiri.
Dengan langkah berat, akupun meninggalkan rumah yang kucintai itu.. melangkah
menjauhinya menuju sekolah yang sangat membosankan dengan guru membosankan, dan
teman-teman yang membosankan.. meskipun tidak semuanya, namun tetap saja
sekolah itu membosankan, dan akan tetap begitu. Aku sekolah di salah satu
sekolah di Fulham, Inggris. Cukup jauh dari pusat kota London. Namun bukan
berarti aku tinggal di desa. Kota ini cukup besar dan terdapat berbagai macam
fasilitas yang bisa kalian temui di London tentunya. Tiba-tiba....
Bukkkkk.... “aduh, sakit..”, keluhku saat aku terjatuh
karena menabrak seseorang. Apa aku bercerita terlalu khidmat hingga aku tidak
memperhatikan jalan? Ah sudahlah.. orang yang kutabrak, dia siapa ya? “kau
tidak apa-apa Lyss?” tanya seseorang yang seeprtinya dialah yang baru saja
kutabrak. “ya, aku baik-baik saja.. kau ini siapa ya? Apakah murid baru?
Ataukah kakak kelas?”, tanyaku bertubi-tubi. Dan kusadari di wajahnya muncul
sebuah raut wajah yang berbeda. “apa aku tidak mengenalku? Sama sekali tidak?”,
tanyanya lagi. “sama sekali tidak”, ucapku mengulangi perkataan terakhirnya.
“sudah ya, aku pergi”, ucapku berlalu melewati orang itu . “tapi...”, lirih orang
itu. Aku tetap berlari meninggalkannya.
***********************
Aku menuju bangku kosong milikku. Tepat diujung disudut
kiri. Tempat yang cocok untukku tidur saat menghadapi guruku yang
‘membosankan’. Saat aku duduk, aku melihat seorang pria yang memasuki kelasku.
‘Bukankah dia itu orang yang tadi kutemui di gerbang sekolah?’, gumamku. Orang
itu menghampiriku. “hai Lyss”, sapanya. Aku hanya mengangguk bingung.
“jadi....apa kau ini murid baru di kelasku?”, tanyaku polos dengan tanganku
yang menggaruk kepalaku yang tak gatal. “kau ini lucu. Aku kan memang sekelas
denganmu. Benar kata orang, jiwa sosialisasimu itu sangat rendah. Aku yakin,
kau bahkan tidak hafal nama teman-teman kita disini” , ucap orang itu panjang
lebar. Sial!! Aku dipermalukan seperti ini! Memang, aku adalah gadis yang aneh.
Aneh bukan? Bahkan diriku sendiri menganggap kalau aku aneh. Dasar aneh...
sejenak aku melamun, kemudian kubalas perkataan orang itu. “baiklah orang sok
pintar, aku memang tidak mengingat nama orang-orang disini. Tidak akan, dan aku
tidak peduli. Apa itu menjadi masalah buatmu?”, ucapku kepadanya dengan nada
yang tidak ingin kalah tentunya. “aku tau.. dan yang aku tau, nama orang-orang
yang paling kau ingat adalah guru-guru killer bukan? Seperti mr.smith,
mr.steve, dan mrs.brenda”, ucapnya lagi. Dan ucapannya kali ini membuatku
tercengang. Darimana dia tau? “darimana aku tau?”, seprti paranormal, dia
berhasil menjawab pertanyaan di otakku. Shitt,, dia ini makhluk apa? “aku tau..
karena terlihat jelas di setiap kali kau menulis, ataupun saat guru-guru itu
mengajar, kau menuliskan nama lengkap mereka dan menempelkannya di boneka
jerami seraya menusuk-nusuknya dengan tatapan mengerikan! Aku saja takut
melihatnya”, ucap orang itu panjang lebar dan merogoh isi laciku. “ini? Boneka
jerami , yang biasa disebut boneka voodo yang biasa dipakai orang untuk
melakukan hal buruk kepada orang lain.. oh hell, kau masih percaya beginian?
Hahaha” celotehnya dan di akhiri dengan tawa penuh kemenangan. Gila saja, orang
ini benar-benar membuatku diam!! “aku Liam Payne, asal kau tau saja. Dan aku
duduk di sebelahmu sejak lama, dasar bodoh. Hahaha” ucapnya lagi disertai tawa
nya yang menjengkelkan itu. Huh, ingin ku gorok lehernya sekarang jugaa!!! Tapi
kemudian.... “mulailah memperhatikan orang lain, agar orang lain juga
memperhatikanmu”, ucapnya seraya mengusak kepalaku. Goshh, senyum macam apa
itu? , ucapku dalam hati. Dia benar-benar duduk disebelahku? Aku ini makhluk aneh macam apa? Segitu bodohnya aku
tidak memperhatikan kalau selama ini ada makhluk seperti dia di sebelahku? Ah
sudahlah.. dan sekarang, sepertinya aku harus merampas kembali boneka voodo
dari orang yang bernama siapa tadi? Liang? Haahh, aku tidak peduli! Aku harus
merebutnya, atau dia akan mengadukanku pada kepala sekolah dan kemudian aku
dihukum gantung kemudian dibakar sampai hangus. Hiiiii, khayalanku berlebihan
sekali. Namun siapa tau saja kan? Voodo bukanlah benda sembarangan! Aku melirik
kearah pria disebelahku itu. Dia hanya tersenyum kearahku. Siall....senyumnya
itu membuatku ingin muntah! Shitt.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar