Pagi ini, seperti biasa aku meneguk secangkir capuccino di
sebuah cafe langgananku. Pagi yang cerah, namun rasanya tak berarti kurasakan,
sejak kejadian yang menimpa keluargaku dua hari yang lalu.
*Flashback*
Krriiinggg krriinngg..... *telepon rumahku berbunyi* . aku
berlari menuruni tangga dan mengangkat gagang telepon itu.
“Halo..? Apa ini kediaman keluarga Bernal..?” , tanya
seseorang diseberang telepon. “ya.. ada yang bisa saya bantu?”, ucapku ramah.
“maaf nona, orang tua serta adik anda telah meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas beberapa menit yang lalu...”, ucapan orang itu reflek membuatku jatuh
dan tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Aku, telah sendirian. Benar-benar
sendirian.
*****************
“hai Lyss.. boleh aku duduk disini?”. “lyss?”. “lyss, apa
kau melamun?”. “hey?”. Kemudian seseorang menepuk kepalaku dan akupun menoleh
dengan kaget. “oh astaga, kau rupanya. Ada apa?” , tanyaku polos. Mungkin dia
kaget melihat wajahku yang kusut dengan mata sembab sebesar bola pingpong *wow*. Bahkan pelayan tadi juga
memperlihatkan ekspressi yang sama. “Lyss.. “.. lirih orang itu yang seakan
memperlihatkan rasa iba nya saat melihatku, namun ekspresi itu sirna seketika.
“lyss, kau tau? Sedari tadi aku memanggilimu ! dasar budeg...” , celoteh orang tersebut.
“hah yaya , terserah kau saja. Aku malas bercanda. Seharusnya kau mengerti
itu.” Ucapku memalingkan wajah dari orang itu. “ya.. maafkan aku Lyss, aku
tidak pernah mengerti. Belum..” lirih nya , akupun menoleh. “it’s okay..
duduklah” ucapku lembut namun tetap saja dipaksakan. Kamipun mengobrol. Obrolan
panjang antara aku dan orang itu. Orang yang sedari tadi tidak ingin
menyinggung tentang kematian keluargaku. Aku merasa, diantara semua orang,
dialah yang paling mengerti aku kurasa. Entahlah. Aku hanya merassa....bahwa
aku sendirian..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar